TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Interupsi identik dengan DPR. Yah, setiap sidang DPR RI di Senayan, Jakarta, tak lepas dari interupsi para anggotanya. Bahkan bukan hal asing lagi. Lalu bagaimana kalau interupsi itu terjadi di kompleks Istana Kepresidenan? Sepertinya ini sesuatu yang langka.
Apalagi kalau yang diinterupsi itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bedanya yang melakukan interupsi ini bukan manusia, melainkan telepon seluler. Wah!
Cerita berawal ketika Presiden SBY bersama Wakil Presiden (Wapres) Boediono dan pimpinan DPR RI melakukan keterangan pers bersama di kantor Presiden Jakarta, Kamis (21/7/2011), kemarin, sore.
Dari unsur pimpinan DPR hadir Ketua DPR Marzuki Alie dan tiga wakilnya masing-masing Priyo Budi Santoso, Anis Matta, dan Pramono Anung. Keterangan pers bersama digelar terkait dengan RUU BPJS yang disepakati untuk mundur demi alasan penyempurnaan RUU menjadi UU.
Di atas dua podium sudah berdiri SBY dan Marzuki Alie. Di belakang SBY berdiri Wapres Boediono dan Mensesneg Sudi Silalahi. Kemudian di belakang Marzuki Alie berdiri masing-masing tiga wakilnya yang disebutkan tadi. Depan mereka duduk sejumlah wartawan serta tentu saja sorot kamera dari berbagai stasiun televisi.
SBY memulai memberikan keterangan terkait hasil pertemuan. Presiden bericara sekitar 15 menit menyampaikan pesan agar sosialisasi RUU BPJS diutamakan sehingga masyarakat paham mengenai RUU ini.
Selesai menyampaikan pandangannya. Giliran Marzuki Alie yang bicara. Hanya beberapa menit dia berbicara dari samping berbunyi telepon seluler (ponsel) seorang wartawan. Suaranya cukup nyaring hingga terdengar seisi ruangan konferensi pers yang tidak terlalu luas itu.
Sontak ini membuat kaget semua yang hadir. Tak terkecuali Presiden SBY. Presiden dari Partai Demokrat ini memalingkan wajahnya ke sumber suara telepon seluler yang berbunyi itu. Bukannya marah, SBY malah tersenyum. SBY terlihat sangat sumringah sore kemarin. Mungkin tidak lagi terpengaruh denga ingar-bingar pernyataan buron Muhammad Nazaruddin di televisi yang menyodok para petinggi Demokrat.
Sementara para staf Sekretariat Negara yang hadir terlihat serba salah dengan sumber suara itu. Mungkin mereka khawatir akan membuat Presiden marah. Tapi tampaknya Presiden tersenyum mendengar suara ponsel itu.
Apalagi suara ponsel itu terdengar sampai dua kali dalam acara konferensi pers. Kejadian seperti ini jarang-jarang terjadi dalam acara resmi Presiden. Sebab biasanya ketika Presiden akan melakukan keterangan pers atau berbicara di depan umum maka panitia acara atau pihak pegawai Sekretariat Negara (Setneg) terlebih dulu akan menginformasikan kepada wartawan agar memadamkan telepon selulernya agar tidak menggangu acara yang dihadiri Presiden itu.
Jadi ini sebuah peristiwa langka ketika Presiden diinterupsi oleh telepon seluler. Sebab jarang-jarang kejadian seperti ini berlangsung. Apalagi Presiden juga sangat jarang
memberikan kesempatan kepada wartawan bertanya jika ada konferensi pers. Bandingkan dengan beberapa negara penganut demokrasi seperti di AS dimana para wartawannya kadang menginterupsi Presiden untuk menanyakan apapun yang dipandang perlu.
Jadi bisa jadi karena para wartawan di Istana Kepresidenan tidak diberi kesempatan bertanya sehingga membuat telepon seluler para wartawan ikut gregetan untuk bertanya dengan "menginterupsi" acara konferensi pers Presiden! Wah!
Apalagi kalau yang diinterupsi itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bedanya yang melakukan interupsi ini bukan manusia, melainkan telepon seluler. Wah!
Cerita berawal ketika Presiden SBY bersama Wakil Presiden (Wapres) Boediono dan pimpinan DPR RI melakukan keterangan pers bersama di kantor Presiden Jakarta, Kamis (21/7/2011), kemarin, sore.
Dari unsur pimpinan DPR hadir Ketua DPR Marzuki Alie dan tiga wakilnya masing-masing Priyo Budi Santoso, Anis Matta, dan Pramono Anung. Keterangan pers bersama digelar terkait dengan RUU BPJS yang disepakati untuk mundur demi alasan penyempurnaan RUU menjadi UU.
Di atas dua podium sudah berdiri SBY dan Marzuki Alie. Di belakang SBY berdiri Wapres Boediono dan Mensesneg Sudi Silalahi. Kemudian di belakang Marzuki Alie berdiri masing-masing tiga wakilnya yang disebutkan tadi. Depan mereka duduk sejumlah wartawan serta tentu saja sorot kamera dari berbagai stasiun televisi.
SBY memulai memberikan keterangan terkait hasil pertemuan. Presiden bericara sekitar 15 menit menyampaikan pesan agar sosialisasi RUU BPJS diutamakan sehingga masyarakat paham mengenai RUU ini.
Selesai menyampaikan pandangannya. Giliran Marzuki Alie yang bicara. Hanya beberapa menit dia berbicara dari samping berbunyi telepon seluler (ponsel) seorang wartawan. Suaranya cukup nyaring hingga terdengar seisi ruangan konferensi pers yang tidak terlalu luas itu.
Sontak ini membuat kaget semua yang hadir. Tak terkecuali Presiden SBY. Presiden dari Partai Demokrat ini memalingkan wajahnya ke sumber suara telepon seluler yang berbunyi itu. Bukannya marah, SBY malah tersenyum. SBY terlihat sangat sumringah sore kemarin. Mungkin tidak lagi terpengaruh denga ingar-bingar pernyataan buron Muhammad Nazaruddin di televisi yang menyodok para petinggi Demokrat.
Sementara para staf Sekretariat Negara yang hadir terlihat serba salah dengan sumber suara itu. Mungkin mereka khawatir akan membuat Presiden marah. Tapi tampaknya Presiden tersenyum mendengar suara ponsel itu.
Apalagi suara ponsel itu terdengar sampai dua kali dalam acara konferensi pers. Kejadian seperti ini jarang-jarang terjadi dalam acara resmi Presiden. Sebab biasanya ketika Presiden akan melakukan keterangan pers atau berbicara di depan umum maka panitia acara atau pihak pegawai Sekretariat Negara (Setneg) terlebih dulu akan menginformasikan kepada wartawan agar memadamkan telepon selulernya agar tidak menggangu acara yang dihadiri Presiden itu.
Jadi ini sebuah peristiwa langka ketika Presiden diinterupsi oleh telepon seluler. Sebab jarang-jarang kejadian seperti ini berlangsung. Apalagi Presiden juga sangat jarang
memberikan kesempatan kepada wartawan bertanya jika ada konferensi pers. Bandingkan dengan beberapa negara penganut demokrasi seperti di AS dimana para wartawannya kadang menginterupsi Presiden untuk menanyakan apapun yang dipandang perlu.
Jadi bisa jadi karena para wartawan di Istana Kepresidenan tidak diberi kesempatan bertanya sehingga membuat telepon seluler para wartawan ikut gregetan untuk bertanya dengan "menginterupsi" acara konferensi pers Presiden! Wah!
0 komentar:
Posting Komentar